semadi
bersama gelisah angin
dari tetirah daun
intaha’
sejuk tanah
sejuk air lembah
naungan pohon
tapal batas
antara rimba
dan inti
permenungan
semesta
di mata cangkul
tubir caping
petani
gravitasi menggulirkan hari
mengubah arah planet
rasi bintang lintangpukang
saling bertaut
di poros
geometri
kaos
kosmos
sebab kemarau
sembunyikan benih
sebab penghujan
semai yang terpendam
bersama perubahan
tak jeda, tak putus
di limpahan
dada-Nya
/2018-06-24/
semadi batu
adalah batu
didewasakan tanah
ditempa tetes air
di tarikan napas
sebelum sampai ke
diafragma jadi darah
di cerlang kesadaran
yang maha hidup
telah sabdakan
hembus napas
menghirup tak selamanya
menghembus tak terus menerus
kecuali hirup-hembus
Napas-Kasih-Nya
lewat kecipak ikan
sungai waktu
cahaya pagi
yang panjati punggung
gunung
siangi lembah
di suatu padang entah
si penyambit rumput
temukan air mata malam
menggenang di ujung daun
kabar kepasrahan
isyarat kerelaan
sebab angin dan burung
terbangkan benih
tebarkan kehidupan
adalah tanah
yang mematangkan batu
jadi ajian diam
jadi mantra kekebalan
namun pasrah
pada takwil waktu
martil-martil
gerak
/2018-06-24/
Semadi Angin
Angin berhembus
Menunggang udara
Bersayap awan
Kompas emas bintang
Ke arah datangnya
Cahaya pagi
Bersama sepasang, atau seribu pasang mahkota
Cahaya kemuning samawi, ilat kemenjadian
Hijau muda dedaunan, kuning daun tua
Cokelat tanah ibu bagi gravitasi
Seandainya malam lelah menggeser bintang
Biar bumi beubah sendiri ufuknya
Sebab kiblat bagi wajahnya sebanyak
Bilangan bintang: geometri manasuka
Angin berhembus
Menyapu kemarau
Menyeret penghujan
Mengubah debu
2018-07-06 | 06:52
semadi padi
di daun pisang itu
sembunyi larva
di daun pandan
menggelung larva
larva tunda
hidupnya dari kemarau
seakurat bungkah kunyit
sepersis jahe dan ketela
demi jadi pertanda
bagi musim mendatang
sebab tanaman tak kenal
selain hidup dan mati
bunga cengkih
dan kacapiring
simpan aroma kemarau
seperti tanah selepas hujan
beraroma persemaian
aroma ladang
gulma punya nyanyi
tembang kebebasan
nada kehidupan
lupakan cara
menghitung waktu
sebab tua tak bisa ditolak
kecuali dititiskan
padi runduk
tunduk ke bumi
meminta kehidupan
pisang tengadah
menentang langit
ajari tunas tumbuh
larva diam memendam
kemenjadian
umbi lestarikan
siung bermekaran
waktu bagi alam:
perubahan
waktu bagi manusia:
kemengulangan
menolak berubah
ditiadakan waktu
/2018-06-24/
Syihabul Furqon (Syihabul Hajj): Alumnus Aqidah Filsafat dan Religious Studies UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peternak lebah penuh waktu dan penerjemah. Menerjemahkan “Langit Ketujuh” (Naguib Mahfouz, Trubadur: 2018), “FÈ‹ Al-Falsafah Al-Ûla” (Al-Kindi: 2018), dan “Ihwal Al-Jabar dan Persamaan” (Umar Khayam: 2019).[]
0 Comments