Subscribe Us

Header Ads

Langkah-langkah Sederhana untuk Mengurangi Sampah Plastik

 


Udahlah, sekarang ini seluruh dunia sedang menderita penyakit yang sama: kebanyakan sampah plastik. Nggak peduli negara maju, negara mundur, negara yang diem aja di tengah, semua menderita penyakit satu ini. Bahkan destinasi wisata yang kelihatannya bersih dan indah banget juga enggak bebas dari masalah yang satu ini. Maladewa itu misalnya. Kalau kita lihat kan kayak bersih banget ya, pantai-pantainya. Tapi tahu nggak kalau sebenarnya demi membuat pantai-pantainya jadi kelihatan bersih begitu, ada satu pulau yang dikorbankan buat jadi tempat penampungan sampah, dan kalau lihat tumpukan sampahnya, asli bikin sedih.

Pasti pembaca yang budiman juga udah sering lihat foto-foto sedih hewan terjebak di plastik, makan plastik, menelan plastik, dan yang tadi aku baru lihat ada kura-kura yang kemasukan sedotan plastik di hidungnya. Ya ampuuun. Bayangin aja, sedotan plastik nancep di lubang hidung.

Masalahnya, plastik tiap hari diproduksi terus, dipakai terus, dibuang terus, dan seterusnya. Makanya numpuk, dan jujur aja kalau untuk hidup beneran plastic free, aku sendiri masih belum mampu.

Aku mulai aware sama masalah plastik ini dari SMA. Sebenernya semuanya berawal sejak SD pas aku baca artikel di majalah tentang jangan buang sampah sembarangan. Artikel itu sungguh menginspirasiku untuk selalu membuang sampah pada tempatnya biar nggak makin ngotor-ngotorin. Makanya sejak aku SD itu aku biasa megangin atau ngantongin sampah sampai ketemu tempat sampah. Kadang aku sampai dimarahin ibuku gara-gara ini. Wkwk.

Pas aku SMA, aku mulai ngerti kalau buang sampah pada tempatnya saja itu tidak cukup. Trus habis itu apa? Sampahnya masih tetep numpuk, apalagi sampah plastik yang nggak bisa diurai. Di situ aku mulai melakukan satu langkah kecil banget yang kelihatannya sama sekali nggak penting: aku nggak mau pakai sedotan.

Aku sempet diledekin banyak orang gara-gara ini. “Kan cuma satu sedotan. Kamu doang yang nggak pakai sedotan, apa bedanya?” mereka bilang.

Tapi aku tetep kekeuh. Karena langkah kecil sekalipun menurutku masih sangat berarti. Cuma satu sedotan kan? Tapi yang ngomong kayak gitu adalah semua orang di seluruh muka bumi ini yang jumlahnya bermilyar-milyar. Dan mereka mikir kayak gitu tiap hari. Bayangin! Berapa banyak sampah plastik yang numpuk hanya karena satu sedotan kecil?

Tentu saja aku nggak sekeren itu trus bener-bener nggak nyentuh sedotan. Sering kali aku terpaksa pakai sedotan kayak misalnya pas udah terlanjur dikasih sedotan pas beli minum, atau beli minuman yang udah sepaket sama sedotannya, dan sebagainya.

Untuk 100% nggak pakai plastik emang aku belum bisa, tapi berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi penggunaannya, menurutku masih sangat bisa diusahakan. Berikut ini langkah-langkah sederhana yang aku terapkan untuk mengurangi penggunaan plastik:

1.       Enggak Pakai Sedotan

Ini udah aku ceritain di atas yaa. Sekali lagi, aku bukannya udah 100% nggak pernah nyentuh sedotan plastik, tapi aku udah berusaha mengurangi penggunaannya sejak SMA. Dan kalau diakumulasi, semua sedotan plastik yang aku hindari itu pasti udah banyak banget dan ini menurutku cukup lumayan.

 

2.       Makan di Tempat

Aku nggak masak sendiri, jadi aku beli makan di luar tiap hari. Dan selama aku bisa makan di tempat, aku akan lebih memilih untuk makan di tempat daripada bungkus bawa pulang. Soalnya dibungkusnya pasti pakai plastik dan itu banyak. Misal, beli bakso aja ada plastik buat bungkus mienya, buat bungkus kuahnya, buat bungkus sambel, kecap, saos, dan satu kantong kresek buat menyatukan itu semua. Hitung aja! Ini cuma gara-gara seporsi bakso.

Sekali lagi, iya, aku kadang masih bungkus makanan juga. Tapi lebih sering enggaknya.

 

Kalau misalnya temen-temen ada yang kayak aku juga beli makan di luar tapi lebih suka bungkus bawa pulang karena lebih nyaman begitu, enggak apa-apa. Masih ada satu trik yang bisa diterapkan yaitu:

 

3.       Bawa Wadah Sendiri

Wadah kayak semacam lunch box gitu. Atau kalau mau bawa rantang juga boleh. Dulu temenku ada yang kayak gini dan menurutku itu keren banget. Dia kalau beli makan ke warung itu bawa wadah sendiri. Jadi nggak memboroskan plastik sama sekali.

 

4.       Pakai Botol Minum Kaca

Aku anak yang minumnya banyak banget. Kalau pergi-pergi di jalan ya pasti butuh minum. Daripada beli air mineral botolan di jalan, mending bawa sendiri dari rumah. Kalau dulu aku pakai tumbler kece kekinian, tapi sekarang udah ilang. Trus aku juga pernah punya botol minum yang bahannya logam itu, nggak tahu logam apaan. Itu juga udah ilang. Sekarang aku punya botol kaca dapet dari souvenir pernikahan. Wkwkwk.

 

5.       Nggak Minta Plastik Pas Belanja

Aku udah biasa kalau pas belanja di manapun bilang sama embaknya buat nggak usah dikasih plastik dan langsung aku masukin tas. Soalnya aku belanjanya juga cuma dikit sih, dan aku selalu bawa tas. Aku juga punya totebag daur ulang bikinan sendiri yang bisa dipakai berkali-kali, jadi kalau aku mau beli apa-apa ke warung atau toko kelontong sekitar sini, aku akan bawa tas itu biar nggak usah dikasih plastik sama penjualnya.

 

6.       Pakai Pembalut Kain

Pas ada pembalut kain modern yang bisa dicuci ulang, itu aku bahagia banget. Soalnya selama ini aku pakai pembalut biasa dan itu kan plastik. Jadi sedih aja. Cuma dari pembalut juga sampah plastiknya udah banyak banget. Padahal semua perempuan sehat yang masih subur mens tiap bulan. Tiap mens berlangsung selama sekitar tujuh hari, dan tiap hari ganti pembalut sekitar 2-3 kali. Itung aja, udah. Berapa banyak sampah plastik hanya dari pembalut?

Iya sih, emang, pembalut kain itu sangat merepotkan terutama buat nyuci-nyucinya. Aku kebetulan nggak banyak bepergian, jadi bisa. Tapi kalau yang aktif di luar rumah sepanjang hari, pasti emang repot banget karena harus ganti-ganti. Buat yang kayak gini, mungkin bisa mempertimbangkan pakai menstrual cup? Lebih praktis, nggak repot sama sekali. Beli sekali juga bisa dipakai sampai bertahun-tahun.

Udah, sementara ini aku mampunya baru itu. Aku tahu, kayak kecil banget kan, nggak banyak pengaruhnya. Dan aku juga masih pakai plastik tiap hari karena masih banyak produk dengan bahan atau kemasan plastik yang belum bisa aku hindari, seperti: sikat gigi, jajanan (yang semua kemasannya plastik), alat tulis (pulpen, spidol, dll), dan kosmetik (mulai dari bedak dan lipstik sampai sabun dan shampoo), sampai produk rumah tangga seperti sabun cuci piring. Itu plastik semua.

Sedih kan? Iya, tapi emang gimana lagi. Aku belum nemu cara untuk menghindari semua itu. Setahuku di luar negeri udah ada yang jual kosmetik tanpa kemasan plastik. Bungkusnya kertas atau kardus tanpa plastik.  Atau modelnya botol reusable yang bisa diisi ulang. Kalau di Indonesia aku belum tahu.

Intinya di sini aku nggak bilang bener-bener udah plastic free. Aku hanya berusaha keras untuk mengurangi penggunaannya. Meski kelihatannya dikit, kalau dilakukan oleh bermilyar-milyar penduduk bumi juga aku yakin bakal terasa pengaruhnya.

Trus kalau masih pakai produk berbahan plastik tapi bisa dipakai berulang-ulang, itu enggak apa-apa. Misalnya, lunch box atau tumbler berbahan plastik, itu enggak apa-apa karena bukan single use. Fokusnya sementara ini ke single use plastic dulu. Tapi kalau ada pilihan yang lebih baik dan bisa nggak pakai plastik, lakukan.

Dalam hal ini ingat juga 3R: reuse, reduce, recycle. Kalau udah terlanjur punya, pakai terus berkali-kali lagi sampai beneran nggak bisa dipakai, baru dibuang. Kurangi sebanyak yang kita bisa, dan recycle kalau terpaksa masih punya banyak. Kayak aku, meski udah berusaha semaksimal mungkin untuk nggak minta plastik pas belanja, tetep aja entah gimana ceritanya aku punya banyak kantong plastik. Kantong-kantong plastik ini aku recycle jadi barang baru yang lebih bagus dan bisa dipakai berkali-kali.

Sementara itu dulu dari aku. Kalau kamu punya ide lain, ayo berbagi. Kita kurangi sampah plastik ini bersama-sama. Ingat, plastik itu tidak cantik!

Post a Comment

0 Comments