Subscribe Us

Header Ads

PRADEWI TRI CHATAMI


Pada dasarnya sahabatku, jiwa-jiwa muda harus banyak berlapang dada. Berdoa dan berharap bahwa hari esok masih bisa dipercaya.

Pada kenyataannya sahabatku, jiwa-jiwa tua nyaris tak kenal baik waktu yang menua bersamanya. Mereka pongah, mereka jaya tanpa ingin tahu apa-apa; termasuk bagaimana caranya menjadi tua dengan baik.

Walau bagaimana pun sahabatku, puisi adalah jalanan ramai yang di dalamnya orang-orang saling tabrak, serempet hingga menyalip demi mencapai kepentingannya sendiri. Atau barangkali si komo begitu tertarik jalan-jalan di dalam puisi dan membuat kemacetan begitu serius membunuh kesabaran orang-orang.

Pada akhirnya sahabatku, mungkin kita adalah salah satu yang terjungkal di jalanan puisi. Melihat bahwa banyak orang memilih tertawa, tak peduli atau mungkin bersungut-sungut.

Sahabatku yang baik.
Mari berhenti menghitung usia. Sekarang sudah tak penting bukan?
Tua muda ternyata sama.
Sama-sama memilih menjadi kanak-kanak saja.

Sahabatku yang baik.
Ada kalanya kita harus berterima kasih pada tuan komo, pada batu-batu yang membuat tersandung, pada lobang yang hadirkan jungkalan. Kita dewasa bersama puisi.
Ingatlah bukan soal muda atau tua.
Tapi dewasa
dan mengetahui;
Rasa

Itu saja sahabatku.
Aku sungguh cinta padamu.
Tersenyumlah.
Terkadang puisi harus sendirian.
Tapi kau tidak.

Post a Comment

0 Comments