Pada dasarnya sahabatku, jiwa-jiwa muda harus banyak
berlapang dada. Berdoa dan berharap bahwa hari esok masih bisa dipercaya.
Pada kenyataannya sahabatku, jiwa-jiwa tua nyaris tak kenal
baik waktu yang menua bersamanya. Mereka pongah, mereka jaya tanpa ingin tahu
apa-apa; termasuk bagaimana caranya menjadi tua dengan baik.
Walau bagaimana pun sahabatku, puisi adalah jalanan ramai
yang di dalamnya orang-orang saling tabrak, serempet hingga menyalip demi
mencapai kepentingannya sendiri. Atau barangkali si komo begitu tertarik
jalan-jalan di dalam puisi dan membuat kemacetan begitu serius membunuh
kesabaran orang-orang.
Pada akhirnya sahabatku, mungkin kita adalah salah satu yang
terjungkal di jalanan puisi. Melihat bahwa banyak orang memilih tertawa, tak
peduli atau mungkin bersungut-sungut.
Sahabatku yang baik.
Mari berhenti menghitung usia. Sekarang sudah tak penting
bukan?
Tua muda ternyata sama.
Sama-sama memilih menjadi kanak-kanak saja.
Sahabatku yang baik.
Ada kalanya kita harus berterima kasih pada tuan komo, pada
batu-batu yang membuat tersandung, pada lobang yang hadirkan jungkalan. Kita
dewasa bersama puisi.
Ingatlah bukan soal muda atau tua.
Tapi dewasa
dan mengetahui;
Rasa
Itu saja sahabatku.
Aku sungguh cinta padamu.
Tersenyumlah.
Terkadang puisi harus sendirian.
Tapi kau tidak.
0 Comments