Kegiatan tambang khususnya pada sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui sangat memberikan dampak negatif pada keseimbangan
lingkungan dan kesinambungan hidup manusia. Batu bara misalnya, ketika
kegiatan tambang ini terus menerus dilakukan akan memberikan dampak
turunan yang sangat banyak. Dari mulai hilangnya vegetasi hutan,
rusaknya ekosistem, hilangnya pengendali karbon, polusi udara yang cukup
masif dan dampak kesehatan bagi masyarakat sekitar pertambangan.
Pada
BAB 1 UU No.4 Th 2009, dijelaskan pertambangan batubara merupakan
pertambangan endapan karbon yang terdapat didalam bumi, termasuk bitumen
padat, gambut dan batuan aspal. Kiranya tidak ada hal positif pada
penambangan batu bara ini, walaupun terbilang ekonomis tapi tidak bisa
untuk terus dilakukan.
Pemerintah seharusnya
tidak bisa membiarkan ini terus menerus terjadi, puluhan PLTU yang sudah
dikembangkan diseluruh Indonesia nyatanya jelas-jelas sangat tidak
ramah lingkungan, itu terlihat dari 17 orang meninggal dunia perharinya
akibat penembangan batubara. Polusi dari batubara sendiri mengeluarkan
PM 2,5 yang mudah masuk pada tubuh manusia. PM 2,5 ini sangat berbahaya
karena dapat mengakibatkan kanker paru, stroke, penyakit pernapasan dan
persoalan lain terkait pencemaran udara.
Belum
lagi bekas galian yang tidak di reklamasi, dangat berbahaya pada
masyarakat sekitar yang bisa kapanpun terperosok dalam kubangan
tersebut. Diantara semua energi fosil, batu bara dianggao energi paling
kotor. Kita bisa beralih pada energi baru terbarukan (EBT), jika
alasanya listrik harus terus dipasok.
Energi
fosil batubara bukan solusi utama, selain dampak pada manusia, pada
ekosistem laut pun berpengaruh, rusaknya terumbu karang akibat hantaman
dari kapal pengantar batubara ke PLTU, emisi karbon yang akan merusak
atmosfer, lalu pencemaran air dan tanah akibat produksi yang berlebihan.
Daerah
Jawa dan bali sudah surplus skitar 30%, artinya masih banyak cadangan
untuk kebutuhan listrik. Tapi ironinya pemerintah seolah-olah mendukung,
fatalnya energi listrik tersebut mempunyai target yang sangat tidak
masuk akal.
Surplus listrik tersebut akan
dipost kan pada pengembangan industri, yang artinya ketika industri
terus dikembangkan akan banyak lagi potensi kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh industri tersebut. Saat ini capaianya baru sekitar 3%
dan untuk memenuhi surplus ini, saya rasa pada tahun 2025 indonesia akan
seperti negara China. Dimana kebutuhan udara bersih sudah sangat susah,
air pun begitu.
Jika diambil dari satu jenis
industri, fesshion misalnya. Pada Tahun 2006, produsen celana jeans asal
Amerika, Levi's, mengemukakan bahwa dalam membuat satu celana jeans,
dibutuhkan 920 galon air,
400 mega joule energi, dan melepaskan 32
kilogram karbon dioksida. Ini setara dengan menjalankan air mancur di
taman selama 106 menit, berkendara sejauh 125,5 km, dan menyalakan
komputer selama 556 jam.
Lalu berdasarkan data
yang dilansir Boston Consulting Group, pada 2015 saja, industri mode
menghabiskan 79 miliar meter kubik air, melepaskan 1,715 juta ton CO2,
dan memproduksi 92 juta ton sampah. Artinya peran pencemaran dari
industri fesyen sangat besar, ini bisa dilihat dari beberapa penelitian
terkait pencemaran yang di akibatkan oleh industri ini. dari mulai
pencemaran udara, air dan tanah.
Jika kita
lihat, salah satu tempat produksi dikawasan industri karawang, berapa
banyak total gas emisi karbon yang dikeluarkan oleh cerobong asap
masing-masing pabrik. Lalu limbah cair yang kemudian mengalir ke sungai
dan akan mencemari air dan tanah.
Dampak
turunanya sudah jelas terlihat, gas emisi karbon dapat menyebabkan
polusi udara dan menipiskan lapisan ozon, ini yang akan berakibat pada
pemanasan global. Apa itu pemanasan global penjelasan singkatnya adalah
proses meningkatnya suhu atmosfer, laut dan daratan bumi. Dampak dari
pemanasan global diantaranya adalah mencairnya es di kutub, mengurangnya
hasil pertanian, dan kepunahan sebagian jenis hawan. Disamping itu juga
akan berpengaruh pada naiknya permukaan air laut, cuaca yabg extream
dan perubahan jumlah dan pola presipitasi.
Ketika
ribuan industri terus dikembangkan untuk capaian target surplus listrik
ini, akan banyak sekali bahaya yang mengancam dampak dari kerusakan
lingkungan.
0 Comments