Pada akhirnya
savana dan sekawanan rusa
Hidup di dada
mati di kepala
Aku memilih tak perduli
tanganku yang beraroma nikotin juga karat senar
lebih pasti meninggalkan jejak di kepala
tanganku yang beraroma nikotin juga karat senar
lebih pasti meninggalkan jejak di kepala
bahkan
sesekali kenangan
sesekali kenangan
hadir di sela tangan
menjadi kutu air yang melepuh
kena garuk yang tak tertib
barangkali kau perlu menulis puisi berisi salep;
sambil abaikan aromanya
engkaulah
penyair
yang tak bahagia
menulis dengan takdirnya
melupakan savana, menyembuhkan luka-luka
dengan keyakinan bahwa itulah takdir
yang akan membuat bahagia
sebagaimana ibu
sampaikan elusan di rambut
seorang anak yang ketakutan bertemu mimpi
begitulah
atau barangkali pada akhirnya
kita hanya mulut yang tak pernah sampai
pada tepian cangkir
0 Comments