Subscribe Us

Header Ads

BAU


 

 

Rambutku bau rumah sakit.
Ketika keramas, shampo orang dewasa sisa sedikit hingga tak sempurna berbusa di kepalaku. Kuambil saja shampo keponakan di sudut bak. Kukucur tangan, ku usap-usap, ku gosok-gosok, rambutku seperti dihuni gulungan awan, awan yang mirip kembang gula. Sesekali aroma buah tercium dari atas. "Lapar" kembang gula rasa buah-buahan itu membuatku keramas dengan lapar.
Kubasuh dengan mata terpejam walau ingat itu shampo, shampo yang tak pedih di mata. Maklum, namanya juga kebiasaan lama yakni waspada pedih dengan sedikit berlebih. Sambil berdendang, aku memburu selesai. Tak baik lama-lama di kamar mandi. Bisa mengkerut, bisa berangan, bisa hadir siapa saja.

Mandi, sudah. Keramas, sudah. Sudahlah, aku memang cantik terlebih dengan sebuah jerawat di pinggir hidung "aku pasti sedang jatuh cinta".

Beberapa jam berlalu. Rambutku dikeringkan angin dan lampu bohlam. Jerawat di wajah kupencet tanpa ampun. Dari dalamnya keluar nanah, keluar darah, keluar kamu. Pelan-pelan udara berkabar "aku sedang kebauan. rambutmu bau. ciumlah".

Aduh, bagaimana ini! Harusnya kan di kepalaku ada kebun buah siap panen?  Kini kering kenapa ada rumah sakit tak berdinding? Rambutku bau rumah sakit, bau sekali! ternyata, menusuk.

Mungkin itu pengaruh shampo dewasa. Mungkin itu pengaruh shampo keponakan. Aroma entah dan aroma buah menyatu bimbang. Jadi buah busuk, jadi karbol.
Mungkin saja. sepertinya mungkin. Atau bisa jadi di waktu keramas, jerawat-jerawat di kepalaku ikut terpencet. Ah, padahal niatanku hanya keramas dan menjaga kecantikan dengan memencet jerawat yang tampak mencolok di pinggir hidungku saja.

Keterlaluan.

Post a Comment

0 Comments